Irman Syah
TATAPAN
Mengasah
pisau selalu saja membayangkan tajamnya
Setelah itu
tangan tersayat, selalu saja ada sesuatu
yang sulit
dimaknai, apalagi mewarnainya dengan
keputusan:
lukisan apakah yang menari-nari, sehingga
kenyataan
jalan bersimpang?
Mengasah
pisau selalu saja membayangkan tajamnya
tangan
disayat, selalu saja..
Ah.. Menatap
dikau selalu saja kecantikan awalnya
Setelah itu
hati diremas-remas, selalu saja: ternyata
dunia tak
kenal bahasa cuaca, antara aksara dan debar
rasa aku
terkeranda, sendiri membayar mimpi..
Adakah yang
menoleh bila sajak tak sampai, siapakah
yang
tertoreh di kilau menyalai?
Menatap
dikau selalu saja kecantikan awalnya, hati
selalu
diperas-peras, selalu saja: tajam kecantikan
bukankah
kilau siburuk, duduk sebangku berbalas salam
Ada
kekariban yang sengaja diputus, tapi tak bisa hilang
pupus.. Alam
pun yang meneguk kelatnya diam-diam..
Rell
Kayutanam: 1994
Komentar
Posting Komentar