Langsung ke konten utama

NEGERI SENJA

Bagaimana menjawab ajakanmu ke pantai, Dinda
Negeri ini sedang berdarah, kecamuk kelompok
sedang meraja, dan tahukah kau apa yang tak bisa
kutepis? Cintaku kepada senja atau ajakanmu
untuk pulang, sekedar mengintip matahari turun
di balik bukit barisan, bukan cuma laut memerah
Atau anak-anak muda yang pulang berselancar

Tapi, sungguh: aku orang yang tak bisa menolak
Apalagi padamu yang gelayutan di tangkai jiwa
Memaku juga aku di sini, menuliskan puisi negeri
Tentang laut menghempaskan ombak ke batu-batu
Sementara pasir tetap setia mengisap keluhnya
bagai disisanmu merangkum puncak kasih-sayang
selepas menikmati langit yang merah..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEMERBAK KENANG

Irman Syah SEMERBAK KENANG Ning nong neng neng Neng neng nong neng.. Kembali sunyi, rel yang beku Stasiun sukma meraung klenengan bertukar kata Pilu taman dicium embun Lumut kian membungkus sunyi diri dan risau mimpi Tikam-menikam jantung hitung-menghitung untung dalam abadinya perantauan

RUMAH KEDIRIAN

Apa sesungguhnya yang lekat di usia..   Hitungan dan angka-angka ataukah rasa yang tak pernah lupa akan hikayat semesta? Ceria dan airmata tak pernah lupa kemana diri mesti meminta, kadang namalah yang sering alpa atau gelar yang tanpa sengaja menerima sanjung puja. Mari, lepaskan semua sangka. Hidup tak semisal angka dan hitungan bukan hanya bahasa manusia. Selamat menikmati diri yang sesungguhnya tanpa anasir apa pun yang menggoda, kecuali bagiNya dengan segenap tatacara..

MENIDURI MAWAR

Irman Syah MENIDURI MAWAR Ketika harus membagi wangi mawar terperangkap genggaman tampuk, batang, dahan dan ranting Sedang jambangan menanti, makam menunggu pesta riuh tepuk-tangan, serta peluk-cium pun amat merindu: mawar ragu memaknai diri sendiri