Langsung ke konten utama

KRAKATAU 1883

Irman Syah
KRAKATAU 1883

Lampung melambung
terkatung di samudera
Ujungnya karang bergaram
dari geramnya sepasang naga
yang menghempas di Tanjung
kehidupan..

Dan Sunda hanyalah keluh
Krakatau dalam lautan puisiku
yang dikejuti derap Diponegoro:
sebuah lintasan perjalanan
yang membungakan perang

Sebagai selat kauselipkan makna
Perpisahan. Licin dan lumut tak jelas
siapa yang mendustakan kata:
benci, rindu, dendam dan cinta
Dunia meninggalkan kasih-sayang

Bait terakhir ini pun berbuah rindu
perihal tanya dan untaian makna
Kata berjawab gayung bersambut
sebelum bumi dan langit
berpelukan..


Penyeberangan, 2002

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEMERBAK KENANG

Irman Syah SEMERBAK KENANG Ning nong neng neng Neng neng nong neng.. Kembali sunyi, rel yang beku Stasiun sukma meraung klenengan bertukar kata Pilu taman dicium embun Lumut kian membungkus sunyi diri dan risau mimpi Tikam-menikam jantung hitung-menghitung untung dalam abadinya perantauan

RUMAH KEDIRIAN

Apa sesungguhnya yang lekat di usia..   Hitungan dan angka-angka ataukah rasa yang tak pernah lupa akan hikayat semesta? Ceria dan airmata tak pernah lupa kemana diri mesti meminta, kadang namalah yang sering alpa atau gelar yang tanpa sengaja menerima sanjung puja. Mari, lepaskan semua sangka. Hidup tak semisal angka dan hitungan bukan hanya bahasa manusia. Selamat menikmati diri yang sesungguhnya tanpa anasir apa pun yang menggoda, kecuali bagiNya dengan segenap tatacara..

MENIDURI MAWAR

Irman Syah MENIDURI MAWAR Ketika harus membagi wangi mawar terperangkap genggaman tampuk, batang, dahan dan ranting Sedang jambangan menanti, makam menunggu pesta riuh tepuk-tangan, serta peluk-cium pun amat merindu: mawar ragu memaknai diri sendiri