Langsung ke konten utama

BERCERMIN DI SUNGAI SUKMA

Bercermin pada bukit akan berakhir di kebiruan langit
tingginya tak terjangkau indra kecuali tembang seni

Bercermin pada sungai akan membentur karang
di laut, hanyut ke samudera dan berperang lagi
ke pantai: kenapa mata tetap memanah tak lelah
mencumbu, dia mengelana bukit mengelana sungai
menggelar rindu di pelataran biru

Inikah cinta? Hati serasa melumat beling kaca
jika tak mampu menjangkau peluk, begitu pun jantung
yang kian haus: matang dan hangus dituai rindu..


Ternate, 2011

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEMERBAK KENANG

Irman Syah SEMERBAK KENANG Ning nong neng neng Neng neng nong neng.. Kembali sunyi, rel yang beku Stasiun sukma meraung klenengan bertukar kata Pilu taman dicium embun Lumut kian membungkus sunyi diri dan risau mimpi Tikam-menikam jantung hitung-menghitung untung dalam abadinya perantauan

RUMAH KEDIRIAN

Apa sesungguhnya yang lekat di usia..   Hitungan dan angka-angka ataukah rasa yang tak pernah lupa akan hikayat semesta? Ceria dan airmata tak pernah lupa kemana diri mesti meminta, kadang namalah yang sering alpa atau gelar yang tanpa sengaja menerima sanjung puja. Mari, lepaskan semua sangka. Hidup tak semisal angka dan hitungan bukan hanya bahasa manusia. Selamat menikmati diri yang sesungguhnya tanpa anasir apa pun yang menggoda, kecuali bagiNya dengan segenap tatacara..

MENIDURI MAWAR

Irman Syah MENIDURI MAWAR Ketika harus membagi wangi mawar terperangkap genggaman tampuk, batang, dahan dan ranting Sedang jambangan menanti, makam menunggu pesta riuh tepuk-tangan, serta peluk-cium pun amat merindu: mawar ragu memaknai diri sendiri