Irman Syah
SAJAK PAGI
TANPA KOPI
(Gurindam ke
Halimah)
Pagi tanpa kopi cintaku padamu, Halimah
burung yang
terbang hanyalah gembira kanak-kanak
sementara kita tetap saja berjauhan
Kalau boleh
kupinjam rambutmu tentu akan
kulautkan
lambaian pesan untukmu selalu
Dan tentu
pula kaukenal
dengan apa yang kuisyaratkan
sesungguhnya
Meski lagu ragu yang
sering berlabuh
bila aku
mengingatmu jauh
Pagi tanpa
kopi, Halimah
sudahkah kau
jerangkan air, bukan untuk mandiku
Hanya pembasah-basah mulut
yang mungkin
kau butuhkan apabila ingat
kepadaku
Satu
setengah tahun memang terasa berat
apalagi di
daerah transmigran itu
mengasuh
anak-anak petani belajar biologi
atau menangkap capung
sambil kau kenangkan aku
Pagi tanpa
kopi terasa kian biasa, Halimah
Mungkin
karena aku mulai sabar
Memuliakan
janji tentang hari-hari yang datang
kita yang bakal menuntaskan
masa-masa
sendiri, masa-masa sepi
yang memang terasa berat
bila
hanya dipikul sendiri
Percayalah,
Halimah, pagi tanpa kopi tentu jauh beda
dengan pagi
ada kopi: sudahkah kau jerangkan air?
Bukan untuk
mandiku , hanya sekedar
memperlancar
kata dari bibir kita
Memperjelas
masa depan!
Sitiung – Jakarta
(92-12)
Komentar
Posting Komentar