Langsung ke konten utama

IBUNDA

Irman Syah
IBUNDA

Pulanglah Nak, oi pulanglah..
Sore telah ditimpa senja: jingga
mengungkung sebentar lagi
Pulanglah Nak, harilah malam

Perempuan itu kupanggil Ibu
sayap-katanya mengajarkan
betapa gelap di luar adalah petaka
Di panas ketiaknya aku mengerti
makna kasih-sayang, kuartikan rumah
tempat berpulang segala resah

Perempuan itu kupanggil Ibu
keriput di wajah dan tubuh lisutnya
mendongengkan jalan pulang
Tentang hati yang menyimpan
cinta, abadi dalam khusyuk tafakkur
Setia menampung puji-derita
di sajadah ia tergelung: pada lelah
matanya aku berkaca tentang
celah langit dan bumi

Perempuan itu kupanggil Ibu
dialah yang amat mengerti  kearifan
kehidupan: kini dalam gelisah kota
kurindukan kembali panggilannya..
Pulanglah Nak, sore telah ditimpa senja
jingga mengungkung sebentar lagi
Pulanglah Nak, harilah malam..

Tanjung Pinang, 10/2010



Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEMERBAK KENANG

Irman Syah SEMERBAK KENANG Ning nong neng neng Neng neng nong neng.. Kembali sunyi, rel yang beku Stasiun sukma meraung klenengan bertukar kata Pilu taman dicium embun Lumut kian membungkus sunyi diri dan risau mimpi Tikam-menikam jantung hitung-menghitung untung dalam abadinya perantauan

RUMAH KEDIRIAN

Apa sesungguhnya yang lekat di usia..   Hitungan dan angka-angka ataukah rasa yang tak pernah lupa akan hikayat semesta? Ceria dan airmata tak pernah lupa kemana diri mesti meminta, kadang namalah yang sering alpa atau gelar yang tanpa sengaja menerima sanjung puja. Mari, lepaskan semua sangka. Hidup tak semisal angka dan hitungan bukan hanya bahasa manusia. Selamat menikmati diri yang sesungguhnya tanpa anasir apa pun yang menggoda, kecuali bagiNya dengan segenap tatacara..

MENIDURI MAWAR

Irman Syah MENIDURI MAWAR Ketika harus membagi wangi mawar terperangkap genggaman tampuk, batang, dahan dan ranting Sedang jambangan menanti, makam menunggu pesta riuh tepuk-tangan, serta peluk-cium pun amat merindu: mawar ragu memaknai diri sendiri