Airmata
tak henti menyesali diri sendiri
mengutuk
kelahirannya sebagai airmata
Derita
dan sengsara hambar memaknai bahagia
Deru,
desau dan dentuman menjadi magnit
malaikat
penyambar hidup gentayangan
Berselendang
merah menyusuri kaki senja
Airmata
tak henti mengutuk dirinya sendiri
yang
tak sempurna menjadi airmata
Matahati
pun tak mampu menikmati rindu
bagaimana
menyusu di puting nurani
Sementara
laut tak kuat menampung karang
gelora
ombak, kapal yang melayari cuaca,
dan
ikan loncat-meloncat karena geram
menikmati
sampah kehidupan:
semua
terdampar, terpapar di pelupuknya
Bagaimana
pun kita mesti berlayar Kekasih
karena
senja akan menggarami kehidupan
dengan
airmatanya dan kita tetap tak mau kalah
bergulingan
kasih-sayang di sucinya mata air
dalam
hakikat pedakian puncak rohani..
Bogor, 2004
Komentar
Posting Komentar