Langsung ke konten utama

AIRMATA NEGERI

Airmata tak henti menyesali diri sendiri
mengutuk kelahirannya sebagai airmata
Derita dan sengsara hambar memaknai bahagia
Deru, desau dan dentuman menjadi magnit
malaikat penyambar hidup gentayangan
Berselendang merah menyusuri kaki senja

Airmata tak henti mengutuk dirinya sendiri
yang tak sempurna menjadi airmata
Matahati pun tak mampu menikmati rindu
bagaimana menyusu di puting nurani
Sementara laut tak kuat menampung karang
gelora ombak, kapal yang melayari cuaca,
dan ikan loncat-meloncat karena geram
menikmati sampah kehidupan:
semua terdampar, terpapar di pelupuknya

Bagaimana pun kita mesti berlayar Kekasih
karena senja akan menggarami kehidupan
dengan airmatanya dan kita tetap tak mau kalah
bergulingan kasih-sayang di sucinya mata air
dalam hakikat pedakian puncak rohani..

Bogor, 2004

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEMERBAK KENANG

Irman Syah SEMERBAK KENANG Ning nong neng neng Neng neng nong neng.. Kembali sunyi, rel yang beku Stasiun sukma meraung klenengan bertukar kata Pilu taman dicium embun Lumut kian membungkus sunyi diri dan risau mimpi Tikam-menikam jantung hitung-menghitung untung dalam abadinya perantauan

RUMAH KEDIRIAN

Apa sesungguhnya yang lekat di usia..   Hitungan dan angka-angka ataukah rasa yang tak pernah lupa akan hikayat semesta? Ceria dan airmata tak pernah lupa kemana diri mesti meminta, kadang namalah yang sering alpa atau gelar yang tanpa sengaja menerima sanjung puja. Mari, lepaskan semua sangka. Hidup tak semisal angka dan hitungan bukan hanya bahasa manusia. Selamat menikmati diri yang sesungguhnya tanpa anasir apa pun yang menggoda, kecuali bagiNya dengan segenap tatacara..

MENIDURI MAWAR

Irman Syah MENIDURI MAWAR Ketika harus membagi wangi mawar terperangkap genggaman tampuk, batang, dahan dan ranting Sedang jambangan menanti, makam menunggu pesta riuh tepuk-tangan, serta peluk-cium pun amat merindu: mawar ragu memaknai diri sendiri