Ujan deui
Akang
di pinggir
Sunter
Kapan deui
Akang
urang
kablinger..
Kerlip lampu
mempertegas jalanan setapak
melintasi
Kalimalang: perempuan bernyanyi
Suaranya
bakar-membakar masalalu
Mari
berlayar
Ini sungai
tempatmu
berenang
Sepanjang
malam selalu saja nyanyian
memanggil
singgah, sekedar minum bir
berucap
sepatah dua
dan
kata-kata terbakar
Perempuan-perempuan
tak puas bernyanyi
matanya
berdarah
Kemarilah..
Mari
bernyanyi
Mari.. Oh,
mari..
Sekian puluh
musim telah tertinggal
Sawah-ladang
Bunda ditanam beribu lelaki
dan panen
selalu saja merisaukan
Masalalu
yang tak berujung pangkal
membakar
obor-obor keperihan
Tanah kami
di mana, air kami di mana?
di sini
tetap saja dikejar-kejar
Tanah tak
lagi ada, air?
Adalah
Kalimalang yang menjalar coklat
dan malam
membuatnya kian pekat..
Komentar
Posting Komentar