Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2013

RIVOLI DINIHARI

Irman Syah RIVOLI DINIHARI (Bagi Saut Sitompul) (kau dan dan kau dan dan kau, dan dan kau…)* Bergemalah koor-koor kehidupan dan aku meraba subuh, meraba kepergian tanpa malam kecuali singgah sebentar dalam nyanyian purnama menapaki langkah-langkah sekecil tanda permata ikut menghitung tempo: tu, wa, ga, pat. tu, wa, ga.. Juga aku tak paham, tak sempat mengerti malah malaikat bersayap apa yang begitu saja merampas hari-hariku, hari-hari kami denganmu

SKETSA MELATI

Irman Syah SKETSA MELATI Kepergianmu telah kutanamkan melati: segulung rasa telah kaubawa ke daerah yang tak sempat kuraba Akhirnya kutanam bunga dengan pot yang sederhana kuberharap bunganya putih, wangi, dan berseri

JAKARTA-JAKARTI

Irman Syah JAKARTA-JAKARTI Kaukah itu lelaki bermata sayu berdiri di simpang menatap gadis-gadis berseliweran. Hai Upik, nomor berapa kutangmu? Atau kau hanya singgah sekedar melemparkan parfum pasangan Belandamu: wangi tercium di mulut botol yang sering kuteguk!

PERANTAUAN DAN TEPIAN HATI

Irman Syah PRANTAUAN DAN TEPIAN HATI Sepanjang Pinang Balirik menghiliri si Batang Agam Berdebu telapak di jalan tanah, siul barabah di jawi-jawi menemukan langkah dengan kelok. Pohon pinang bergerak riang, anginnya belai membelai daun dan pucuk berdesiran sepanjang kiri kanan jalan, dan di atasnya tepat di singgasana, burung pipit bercericit: “pidi..”

SINGGASANA MAWAR

Irman Syah SINGGASANA MAWAR Kujemput engkau untuk sebuah kepergian ke tempat di mana taman sejuk dan wangi menyambut peluk dengan gerbang terbuka Sebuah dendangan gumam nan panjang dunia pun melebarkan sayap kecintaan membunuh lengang demi lengang kesendirian

BAGAIMANALAH MENCERITAKAN

Irman Syah BAGAIMANALAH MENCERITAKAN Bagaimana aku menceritakan negeri kalau hanya sealun dendang, karena melulu tepuk tangan dan senyum kekaguman mendindingi mata, mulut dan hati. Jembatan apalagi yang mesti kubangun untuk memaknai angka-angka agar apa adanya..

DENDANG RANTAU

Irman Syah DENDANG RANTAU Jarak telah membuat seseorang jadi perindu Sepasang hati terbang ke langit menyisip awan sayapnya berkilauan mengepak cakrawala senja Kata orang, jarak adalah tembok yang tebal membentang janji membangun ungkai Bersikaplah memupuk harap, rajin bercermin tentu kau masih ingat jalan ke Arafah?

EKSTASE

Irman Syah EKSTASE Wah, banyak sekali bintang malam ini Langit mem-puisi-kan lembab, tanah surga  teramat indah itu merupa pahatan asmara Persis sebagaimana dan apa adanya dirimu yang membuat gelora. Hidup penuh gairah melayari kekaguman kilau di lautan rindu

RUMAH BERTANGGA LUMUT

Irman Syah RUMAH BERTANGGA LUMUT Naiklah tegurmu saat aku ragu memilih langkah Angin berdesir di hutan jiwa, musim menguak pelan, di bibirmu bunga mekar dan kubayangkan kumbang-kumbang hinggap lagi menitipkan padamu rembang sore: berdiri di sini aku tak sanggup disayat senyum apalagi ke ruang tamu

DALAM CANGKIR KOPI IDA

Irman Syah DALAM CANGKIR KOPI IDA (Bagi Sutan Tsabit Kalambanua) Dalam cangkir kopi Ida, ada aku di kilaunya Gelap-manis kehidupan telah membakar kenangan tentang Pagaruyung dan Majapahit, nikmat ranumnya wajah dara: sirih dan pinang berpelukan, putih sadah mencium gambir, pemanis bibir di lembut tutur-kata tikam-menikam kehidupan, jejak di batu-batu.. (menebarlah aroma kopi, makna hariyang jadi pagi)

SUNYI KIRIM SURAT PADAKU

Irman Syah SUNYI KIRIM SURAT PADAKU Kalau ingin menyelami sepi masuklah ke jantungku Sebuah panorama tak terduga, bangku panjang diri Di atasnya lumut bercampur embun yang kemarin membeku dalam dingin dan tak mampu diduduki lagi Kereta takkan pernah datang walau ditunggu dalam sejuta musim, sebuah satasiun yang tak lagi terpakai.

MANINJAU

Irman Syah MANINJAU (Kristin dan Rudolof) Di jalan berliku embun turun. Kelok demi kelok memutarkan pandang, danau terhampar, riak membalik kenangan. Khutbah panjang Hamka kembali terdengar: “Maninjau padilah masak, batang kapeh batimba jalan Hati risau dibao galak, bak paneh manganduang hujan,” Tanah agraris, padi menguningkan harapan kapuk di kiri-kanan kukuhkan impian, tangis tersuruk, merpati tak lagi punya janji..

DO'A

Irman Syah DO'A Tuhan, musim ini memunculkan beribu kekhilafan dan aku mengunyah banyak sampah yang bertebaran di celah sisi kemiskinan kepala. Jangan Kau-beri kemudahan bila itu hanya akanmenumbuh-suburkan keperihan saudara-saudara yang sempurna miskinnya Kalau masih ingin rasanya nikmat-Mu menjengukku datanglah dalam keadaan yang paling sepi, paling nyeri

BONGKARAN TANAH ABANG

Irman Syah BONGKARAN TANAH ABANG (Balada Penjual Kembang) Di bawah jembatan bergaris rel, beralas  kerikil dan bantalan-bantalan besi tempat duduk empuk untuk melepapkan pantat berlama-lama. Suara cekikikan, hempasan kartu, atau keriuhan adalah musik yang begitu hapal hingga tak lagi terdengar Tapi dangdut berkerubut meloncat dari speaker gemuruh yang siap menelan

KUSEBERANGKAN SELALU

Irman Syah KUSEBERANGKAN SELALU Kuseberangkan terus rindu padamu tak habis-habis, musim kemarau berganti paceklik, gurun di dadaku Bawalah kamp-kamp pengungsian itu dari jiwa yang lelah atau rasa takut dan malas karena merasa diri telah berguna, bawalah..

SUMPAH

Irman Syah SUMPAH Demi keagungan langit dan kekacauan bumi Kuwarnai matahari, bulan dan bintang-bintang dengan samudera kata-kata. Menenggelamkan benua-benua dan pulau-pulau membangun semesta baru