Irman Syah
MENUNGGU
Menunggu,
pelaminan jarak dan waktu
Manik-manik
cemaramu selalu kelap-kelip
Akankah
hidup sebenderang cahaya jiwa
menyinari
bunga-bunga?
Di sini,
menunggu takwil mimpi yang datang
Embun atau
kabut perkampungan kembali
terasa:
sepi, bagai kupu-kupu yang meliuk
di tampuk
bunga. Layaknya suratmu yang
kubaca-ulang
dalam gelisah kota..
Menunggu,
kelahiran kuncup begitu sunyi
Apalagi
denting subangmu, menjelma jarak
bertindihan:
rusuh mengemas kenyataan..
Pelukan pun
terasa kian lengang, dan puisi
akhirnya
tercipta dalam gebalau risau negeri
yang
gumpal-menggumpal di hikayat sukma
Rumahkehidupan: 2001
Komentar
Posting Komentar