Langsung ke konten utama

MENUNGGU

Irman Syah
MENUNGGU

Menunggu, pelaminan jarak dan waktu
Manik-manik cemaramu selalu kelap-kelip
Akankah hidup sebenderang cahaya jiwa
menyinari bunga-bunga?

Di sini, menunggu takwil mimpi yang datang
Embun atau kabut perkampungan kembali
terasa: sepi, bagai kupu-kupu yang meliuk
di tampuk bunga. Layaknya suratmu yang
kubaca-ulang dalam gelisah kota..

Menunggu, kelahiran kuncup begitu sunyi
Apalagi denting subangmu, menjelma jarak
bertindihan: rusuh mengemas kenyataan..
Pelukan pun terasa kian lengang, dan puisi
akhirnya tercipta dalam gebalau risau negeri
yang gumpal-menggumpal di hikayat sukma

Rumahkehidupan: 2001



Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEMERBAK KENANG

Irman Syah SEMERBAK KENANG Ning nong neng neng Neng neng nong neng.. Kembali sunyi, rel yang beku Stasiun sukma meraung klenengan bertukar kata Pilu taman dicium embun Lumut kian membungkus sunyi diri dan risau mimpi Tikam-menikam jantung hitung-menghitung untung dalam abadinya perantauan

RUMAH KEDIRIAN

Apa sesungguhnya yang lekat di usia..   Hitungan dan angka-angka ataukah rasa yang tak pernah lupa akan hikayat semesta? Ceria dan airmata tak pernah lupa kemana diri mesti meminta, kadang namalah yang sering alpa atau gelar yang tanpa sengaja menerima sanjung puja. Mari, lepaskan semua sangka. Hidup tak semisal angka dan hitungan bukan hanya bahasa manusia. Selamat menikmati diri yang sesungguhnya tanpa anasir apa pun yang menggoda, kecuali bagiNya dengan segenap tatacara..

MENIDURI MAWAR

Irman Syah MENIDURI MAWAR Ketika harus membagi wangi mawar terperangkap genggaman tampuk, batang, dahan dan ranting Sedang jambangan menanti, makam menunggu pesta riuh tepuk-tangan, serta peluk-cium pun amat merindu: mawar ragu memaknai diri sendiri