Langsung ke konten utama

RIVOLI DINIHARI

Irman Syah
RIVOLI DINIHARI
(Bagi Saut Sitompul)

(kau dan dan kau dan dan kau, dan dan kau…)*
Bergemalah koor-koor kehidupan dan aku meraba
subuh, meraba kepergian tanpa malam kecuali
singgah sebentar dalam nyanyian purnama
menapaki langkah-langkah sekecil tanda permata
ikut menghitung tempo: tu, wa, ga, pat. tu, wa, ga..
Juga aku tak paham, tak sempat mengerti malah
malaikat bersayap apa yang begitu saja merampas
hari-hariku, hari-hari kami denganmu

(ku ku ku ku dan dan, ku ku ku ku dan dan…)*
Dan telah kautuliskan kearifan gumpalan kehidupan
tentang keberangkatan bahasa yang tak sempat
kami baca dengan fasih, oiii, kau..
Dan kau telusuri juga pagi sedini embun: kali pasir
masuk gang keluar gang, Kwitang, Kramat, Senen dan
pulang tapi pulangmu tak pulang rumah, pulangmu
pulang yang pulang, pulang yang sesungguhnya pulang

Kawan, kubayangkan tikam jalanan, kubayangkan
Minang Plaza, Sicincin, Jambu Air di Bukittinggi
denting gitar, teriakan puisi-puisi kehidupan, tapi Rivoli
mematah langkah, aspal dan jalanan begitu suci
menerkam bulan yang membenam dalam dadamu:
terkapar dalam puisi-puisi yang kautuliskan

Senen: 15/02/2004





Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEMERBAK KENANG

Irman Syah SEMERBAK KENANG Ning nong neng neng Neng neng nong neng.. Kembali sunyi, rel yang beku Stasiun sukma meraung klenengan bertukar kata Pilu taman dicium embun Lumut kian membungkus sunyi diri dan risau mimpi Tikam-menikam jantung hitung-menghitung untung dalam abadinya perantauan

RUMAH KEDIRIAN

Apa sesungguhnya yang lekat di usia..   Hitungan dan angka-angka ataukah rasa yang tak pernah lupa akan hikayat semesta? Ceria dan airmata tak pernah lupa kemana diri mesti meminta, kadang namalah yang sering alpa atau gelar yang tanpa sengaja menerima sanjung puja. Mari, lepaskan semua sangka. Hidup tak semisal angka dan hitungan bukan hanya bahasa manusia. Selamat menikmati diri yang sesungguhnya tanpa anasir apa pun yang menggoda, kecuali bagiNya dengan segenap tatacara..

MENIDURI MAWAR

Irman Syah MENIDURI MAWAR Ketika harus membagi wangi mawar terperangkap genggaman tampuk, batang, dahan dan ranting Sedang jambangan menanti, makam menunggu pesta riuh tepuk-tangan, serta peluk-cium pun amat merindu: mawar ragu memaknai diri sendiri