Langsung ke konten utama

BONGKARAN TANAH ABANG

Irman Syah
BONGKARAN TANAH ABANG
(Balada Penjual Kembang)

Di bawah jembatan bergaris rel, beralas  kerikil
dan bantalan-bantalan besi tempat duduk empuk
untuk melepapkan pantat berlama-lama. Suara
cekikikan, hempasan kartu, atau keriuhan adalah
musik yang begitu hapal hingga tak lagi terdengar
Tapi dangdut berkerubut meloncat dari speaker
gemuruh yang siap menelan

Senja mengalirkan darah ke Barat, menyusu
di tubuh malam dan bulan beringsut bagai siput
Menyusuri remang stasiun, sepur muncul begitu
ganas, pancarkan sinar keras. Membelah onggokan
warna-warni pakaian, kertas dan angka-angka..
Mereka bergeser, menyibak untuk kemudian
melingkar, menyatukan parfum dan menggelar
akar kebersamaan ke ujungnya

Tanah Abang berputar, roda nasib bergetar
dan perempuan-perempuan takut cahaya
mengundang tamu untuk berkecupan, bergulingan
di reokan triplek. Merekalah yang setia merindu
malam dan meragukan siang, menyerahkan diri
seutuhnya pada gelap. Bersidekap erat menyibak
remang, memarakkan hidup yang kian jauh
Dan kaki-lima berebahan, menggelar lelah di aroma
tubuhnya: di sinilah mereka menggetarkan kota
menikmati keluh yang teramat kesah dari setangkai
bunga yang dipetik ribuan lelaki.


Rumahkehidupan: 1989/2001

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEMERBAK KENANG

Irman Syah SEMERBAK KENANG Ning nong neng neng Neng neng nong neng.. Kembali sunyi, rel yang beku Stasiun sukma meraung klenengan bertukar kata Pilu taman dicium embun Lumut kian membungkus sunyi diri dan risau mimpi Tikam-menikam jantung hitung-menghitung untung dalam abadinya perantauan

RUMAH KEDIRIAN

Apa sesungguhnya yang lekat di usia..   Hitungan dan angka-angka ataukah rasa yang tak pernah lupa akan hikayat semesta? Ceria dan airmata tak pernah lupa kemana diri mesti meminta, kadang namalah yang sering alpa atau gelar yang tanpa sengaja menerima sanjung puja. Mari, lepaskan semua sangka. Hidup tak semisal angka dan hitungan bukan hanya bahasa manusia. Selamat menikmati diri yang sesungguhnya tanpa anasir apa pun yang menggoda, kecuali bagiNya dengan segenap tatacara..

MENIDURI MAWAR

Irman Syah MENIDURI MAWAR Ketika harus membagi wangi mawar terperangkap genggaman tampuk, batang, dahan dan ranting Sedang jambangan menanti, makam menunggu pesta riuh tepuk-tangan, serta peluk-cium pun amat merindu: mawar ragu memaknai diri sendiri