Ambil
sebilah madah dari kerling mata
yang
pernah menikam jantung hati
Tenunglah
impian yang mendebarkan itu
demi
kehidupan, di hidupmu yang hampa
karena
tanpa sadar kau telah begitu saja
mencercanya
dengan penuh kasih-sayang
Biarkanlah
aku mengembara cakrawala
memberikan
percik cahaya bagi dunia
lewat
bintang-bintang, berkelip di kalbu
merindukan
janji sukma, bernyanyi tentang
kisah
kasih yang membias di bulan terang
Di
pelukmu akulah embun kuntum bunga
Kau
bisa saja bertanya pada fajar tentang
siapa
yang datang memberikan kecupan tulus
ketika
cahaya mengunjungi taman jiwa
Taman
impian jadi tak berhingga, kemudian
menyandingkan
cintamu di tiupan angin
sejuk
dan menggoyahkan kaki kumbang
di
tampuk bunga: aku cekikikan ketika
menggelitik
kelopak kecil kehidupan
yang
menumbuhkan pucuk-pucuk puisi
Sebagai
ucapan selamat datang di bumi dan
samudera
yang tak pernah bersengketa
dengan
sucinya langit sepanjang zaman
Kitalah
bayangan yang tak menyatu pada
pertikaian
senja dan malam: selalu menunggu
kelengkapan
hati atau merebutnya secepat
mungkin
sebelum sirna hidup membentang
di
balik rindu dan sentuhan kata yang selalu
menggetarkan tirai tipis tegur-sapa
Kembang IX: 22
November 2005
Komentar
Posting Komentar