Langsung ke konten utama

DALAM ARUS SUNGAIMU

Irman Syah
DALAM ARUS SUNGAIMU

Ternyata sungaimu menyimpan gelepar, arusnya
tak semilir tampar. Kaukirim sepucuk kartu:
“selamat berakit batang pisang…”

Senyummu ternyata pisau yang mengkilat
Di bibir basah, lapar tak sekenyang nasi, air tak 
pupus haus. Aku berjalan ke batas pandang
sampai ke gelap matahari: ke jalan-jalan bulan..

Sungguh, matahatilah yang mesti arif menangkap
senyum, apalagi di gelora arus tapi kau tak pernah
mengirim pesan: gaya yang mesti kukayuhkan, bila
sampan tak mencapai air dan embun pun mustahil
jadi sungai atas diammu

Arus sungai dalam dada semakin liar tanpamu, dan
takkan pernah hilang selagi aku masih kehilangan..

Rell Kayutanam: 1994


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEMERBAK KENANG

Irman Syah SEMERBAK KENANG Ning nong neng neng Neng neng nong neng.. Kembali sunyi, rel yang beku Stasiun sukma meraung klenengan bertukar kata Pilu taman dicium embun Lumut kian membungkus sunyi diri dan risau mimpi Tikam-menikam jantung hitung-menghitung untung dalam abadinya perantauan

RUMAH KEDIRIAN

Apa sesungguhnya yang lekat di usia..   Hitungan dan angka-angka ataukah rasa yang tak pernah lupa akan hikayat semesta? Ceria dan airmata tak pernah lupa kemana diri mesti meminta, kadang namalah yang sering alpa atau gelar yang tanpa sengaja menerima sanjung puja. Mari, lepaskan semua sangka. Hidup tak semisal angka dan hitungan bukan hanya bahasa manusia. Selamat menikmati diri yang sesungguhnya tanpa anasir apa pun yang menggoda, kecuali bagiNya dengan segenap tatacara..

MENIDURI MAWAR

Irman Syah MENIDURI MAWAR Ketika harus membagi wangi mawar terperangkap genggaman tampuk, batang, dahan dan ranting Sedang jambangan menanti, makam menunggu pesta riuh tepuk-tangan, serta peluk-cium pun amat merindu: mawar ragu memaknai diri sendiri