Irman Syah
DALAM ARUS
SUNGAIMU
Ternyata
sungaimu menyimpan gelepar, arusnya
tak semilir
tampar. Kaukirim sepucuk kartu:
“selamat
berakit batang pisang…”
Senyummu
ternyata pisau yang mengkilat
Di bibir
basah, lapar tak sekenyang nasi, air tak
pupus haus.
Aku berjalan ke batas pandang
sampai ke
gelap matahari: ke jalan-jalan bulan..
Sungguh,
matahatilah yang mesti arif menangkap
senyum,
apalagi di gelora arus tapi kau tak pernah
mengirim
pesan: gaya yang mesti kukayuhkan, bila
sampan tak
mencapai air dan embun pun mustahil
jadi sungai
atas diammu
Arus sungai
dalam dada semakin liar tanpamu, dan
takkan
pernah hilang selagi aku masih kehilangan..
Rell
Kayutanam: 1994
Komentar
Posting Komentar