Langsung ke konten utama

DARI IRIN KE TANAH MIRING

Irman Syah
DARI IRIN KE TANAH MIRING

Dengan Bukit Barisan yang bergerigi di giginya
pentil pocong itu digigitnya: hidup mengalir..
Mata merah melumat tetesan darah, hidup nyata
Dari kecil tak pernah punya rumah pura-pura
Rumah kehidupan pasti, tak lain..

Meski ucap tak sering sama meski lagu seujung
Kuku, Dodo masih saja memikirkan itu: apakah dia
mirip Chairil atau Chairil Anwar mirip dia?
Ya ya ya! Selebihnya Tanah Miring, slank
selangkangan ke bawah pasti, akh..
Bau dinamit goreng atau mungkin juga segelas kopi
yang diceritakan begitu bermakna, katanya itu..

Jangan, jangan katakan apa yang ingin kaukatakan
panggungkan! Tetap panggungkan di punggung
Ke punggung gunung sekali pun, pundakkan
sepundak-pundaknya. Atur tulangnya, ya ya ya..
Tulang punggung! Biarkan berkedipan dengan bahu
bahu-membahu. Yayaya.. pikul-memikul Ah ah ah..
Pas. Tepat! Owh: ketemu ruas dan buku!


Pds HB Jassin: 2006

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEMERBAK KENANG

Irman Syah SEMERBAK KENANG Ning nong neng neng Neng neng nong neng.. Kembali sunyi, rel yang beku Stasiun sukma meraung klenengan bertukar kata Pilu taman dicium embun Lumut kian membungkus sunyi diri dan risau mimpi Tikam-menikam jantung hitung-menghitung untung dalam abadinya perantauan

RUMAH KEDIRIAN

Apa sesungguhnya yang lekat di usia..   Hitungan dan angka-angka ataukah rasa yang tak pernah lupa akan hikayat semesta? Ceria dan airmata tak pernah lupa kemana diri mesti meminta, kadang namalah yang sering alpa atau gelar yang tanpa sengaja menerima sanjung puja. Mari, lepaskan semua sangka. Hidup tak semisal angka dan hitungan bukan hanya bahasa manusia. Selamat menikmati diri yang sesungguhnya tanpa anasir apa pun yang menggoda, kecuali bagiNya dengan segenap tatacara..

MENIDURI MAWAR

Irman Syah MENIDURI MAWAR Ketika harus membagi wangi mawar terperangkap genggaman tampuk, batang, dahan dan ranting Sedang jambangan menanti, makam menunggu pesta riuh tepuk-tangan, serta peluk-cium pun amat merindu: mawar ragu memaknai diri sendiri