Langsung ke konten utama

KUDA-KUDA YANG MENARI

Kuda belang, kudaya belang, melompat dan
melayang, dikipasnya wangi parfum surga, langit
terbelah dan malaikat menari
Tak pernah ada tarian sesakral itu: suara bansi,
patuah dan petatah-petitih pun beralih-alih suara

Kuda belang, kuda yang mengangkang
ringkikkan kemerdekaan: seniman merdeka,
“merdekakah?”, seniman setia, “setiakah?”
ow, tanya jantungmu: tanya, tanya, tanya?
Tanya jantung, jantung, jantungmu jantan!

Kuda melompat, kuda meringkik, kuda menari-nari
Teriakan tukang obat, pidato-pidato bungkus kacang
“Kebenaran, kebenaran!”
Hugh loak, sungguh lawak!

Mana kuda jantan, mana?
kuda betina makin liar menggili
Beberapa orang terbius, berubah jadi kuda
dan beberapa ekor kuda berubah jadi orang
meraung-raung, terbius-bius!

Kuda bersemangat kuda, orang bersemangat kuda
di warung-warung, di bukit-bukit, di goa-goa
di gedung-gedung parlemen: semua menajamkan
kata menjatuhkan dakwa, tak percaya bukan
lihat pacuan kuda, gelanggang-gelanggang kuda
tergusur ke meja-meja memakan proposal-proposal
menari ia, kuda itu menari-nari, tariannya lucu!
Tak pernah ada tarian sesakral itu?

Ternyata kita telah banyak menyaksikan
lakon-lakon kuda tapi tak mementaskannya
sampai tuntas, tak pernah bukan?

Kuda-kuda betina menari, menjajakan belangnya
digitiknya mesin-mesin pembangunan dengan teknologi
bertenaga kuda, meruntuhkan sejarah
Digitiknya budaya, adat dan sopan-santun:
sopan-satun kita saudara-saudara

Ia kuda, kuda belang, berjingkat di candi tua
mengalirkan irigasi, mana kuda jantan, kuda
jantan.. mana jantanmu?


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEMERBAK KENANG

Irman Syah SEMERBAK KENANG Ning nong neng neng Neng neng nong neng.. Kembali sunyi, rel yang beku Stasiun sukma meraung klenengan bertukar kata Pilu taman dicium embun Lumut kian membungkus sunyi diri dan risau mimpi Tikam-menikam jantung hitung-menghitung untung dalam abadinya perantauan

RUMAH KEDIRIAN

Apa sesungguhnya yang lekat di usia..   Hitungan dan angka-angka ataukah rasa yang tak pernah lupa akan hikayat semesta? Ceria dan airmata tak pernah lupa kemana diri mesti meminta, kadang namalah yang sering alpa atau gelar yang tanpa sengaja menerima sanjung puja. Mari, lepaskan semua sangka. Hidup tak semisal angka dan hitungan bukan hanya bahasa manusia. Selamat menikmati diri yang sesungguhnya tanpa anasir apa pun yang menggoda, kecuali bagiNya dengan segenap tatacara..

MENIDURI MAWAR

Irman Syah MENIDURI MAWAR Ketika harus membagi wangi mawar terperangkap genggaman tampuk, batang, dahan dan ranting Sedang jambangan menanti, makam menunggu pesta riuh tepuk-tangan, serta peluk-cium pun amat merindu: mawar ragu memaknai diri sendiri