Langsung ke konten utama

DALAM LELAH API MEMBAKAR MATANYA

Mengingat ucapannya, selalu ada yang berdesir
menggetarkan pokok-pokok mahoni, daun-daun
gugur dalam lembab batuknya
“Seni adalah nafas yang tak putus di tali nurani..”
Dan orang-orang ingin berdiam di bola matanya

Mengenang resahnya, selalu ada yang bergemuruh
mengantarkan ucapan selamat, lepas dan jabat kian
memekarkan degup cinta dari jantungnya yang lapar
“Setiap saat kita didatangi kerinduan..”, ucapnya
Kita pun menginginkan sosok yang berdiam
di matanya

Mengenang syairnya, selalu saja kita terpikat
untuk menerjemahkan bulir kelelahan
karena dalam lelah api membakar-bakar matanya


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEMERBAK KENANG

Irman Syah SEMERBAK KENANG Ning nong neng neng Neng neng nong neng.. Kembali sunyi, rel yang beku Stasiun sukma meraung klenengan bertukar kata Pilu taman dicium embun Lumut kian membungkus sunyi diri dan risau mimpi Tikam-menikam jantung hitung-menghitung untung dalam abadinya perantauan

RUMAH KEDIRIAN

Apa sesungguhnya yang lekat di usia..   Hitungan dan angka-angka ataukah rasa yang tak pernah lupa akan hikayat semesta? Ceria dan airmata tak pernah lupa kemana diri mesti meminta, kadang namalah yang sering alpa atau gelar yang tanpa sengaja menerima sanjung puja. Mari, lepaskan semua sangka. Hidup tak semisal angka dan hitungan bukan hanya bahasa manusia. Selamat menikmati diri yang sesungguhnya tanpa anasir apa pun yang menggoda, kecuali bagiNya dengan segenap tatacara..

MENIDURI MAWAR

Irman Syah MENIDURI MAWAR Ketika harus membagi wangi mawar terperangkap genggaman tampuk, batang, dahan dan ranting Sedang jambangan menanti, makam menunggu pesta riuh tepuk-tangan, serta peluk-cium pun amat merindu: mawar ragu memaknai diri sendiri